Kamis, 05 Agustus 2021

Riung Bandung 2 ,



taman rumah  riung 1 dan 2 



 




Riung Bandung, untuk saya  pribadi, perumahan ini sarat kenangan. Tahun 1993 sekitar November atau Desember , saat mulai menghuni sebuah rumah BTN bersubsidi, di sini  sejarah keluarga dimulai.

Tak terlupakan semua yang tercatat  sebagai  awal perjuangan fase berkeluarga.  Perumahan yang  terasa indah untuk saya, karena sawah sawah dan balongnya ,betul-betul menggamarkan suasana pedesaan. 

Saya selalu merindukan  suasana ketika lahan hijau masih mendominasi perumahan ini, belum padat .






KP IV 2008



 


 Tahun 2009 , Metro TV 

Rabu, 30 Juni 2021

rancasari jadul




 

kantor rancasari 2007



 

RIUNG BANDUNG , SEBUAH KENANGAN


Rumah Pertama,  Rumah Kenangan, Rumah Kreatifitas

AN UNTOLD STORIES

 

Video  resolusi  kecil 


Video yang lebih jelas klik Channel Youtube
di 
https://www.youtube.com/watch?v=_miH_Pos5cM

Bandung 1992

Bandung awal tahun 1992. Membeli Rumah Subsidi  , Rumah Pertama,  Perumahan Riung Bandung.

Kalau tidak salah merumahan inisudah ada sejak 1987 atau 1988. 

Tempatnya mojok di sudut kota , sebelah tenggara Kota Bandung. Saat itu Bandung belum macet seperti sekarang, namun tetap butuh waktu satu jam  dari kawasan Kota Bandung ke kawasan pinggiran tsb . Lokasi perumahan yang terbilang masih muda. Dulunya ini wilayan pinggiran luar Bandung . Terasa sekali jauhnya, Perumahan Riung Bandung. Perumahan yang tergolong baru di tahun 1992 itu. Sekitar tahun 1987 atau 1988 an begitulah.

Jujur , betulan susah menghafal perjalanan menuju Riung Saluyu blok II K. Masuk dari Jalan Soekarno Hatta , belok kiri , menuju jalan Riung Bandung Raya, menyusuri kelokan jalan Riung Tineung, RiungHegar , Riung Arum, Riung Mungpulung , sampai ke terminal angkot di tepian sawah, jalan Riung Saluyu Raya. Sepanjang jalan ini kiri kanan terdapat jalan Riung Purna yang berderet, dan jalan Wirawan.

 Masih terus lebih ke arah  dalam kompleks , ada jalan Riung Saluyu IV, V, VI,VII,VII…..sampai ke Riung Saluyu XIV. Belok kiri, ini masih panjang melewati rumah-rumah yang sudah terisi. Perumahan Riung Bandung ini banyak dibeli oleh purnawirawan ABRI dan Polisi  banyak menempati kawasan ini. Lewat lagi perempatan, baru ketemu  blok II (2 )  K , yang di sisi utara  hanya 6 rumah berjajar , demikian juga di sisi selatan berhadapan hanya 6. Jadi di jalur jalan  tempat rumah yang akan kami cicil,   hanya ada 12 rumah. Itupun masih sebagian kecill saja dihuninya.

Saat menengok rumah mungil type 36, dengan lantai ubin yang kusam, kamar mandi  juga apa adanya,  kami tetap semangat. Airnya pakai pompa tangan, halaman blong….. tanpa benteng samping depan belakang. Jadi dengan rumah  lainnya , halaman menyambung. Rumput  dan  pekarangan acak acakan. Selokan super sempit dan dangkal di bagian depan. Bagian belakang, tidak ada selokan atau brankang. Tak masalah, kami bahagia karena punya rumah sendiri. Yang dibeli dengan uang mukanya hasil kerja kami berdua. Daripada uang habis untuk mengontrak, lebih baik untuk menyicil.

Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari

Rumah kami terletak di RW 07, RT 03, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari. Kantor Kecamatannya berlokasi di Jalan Sentosa Asih  , Kompleks Sentosa Asih Jaya. Aapun Kecamatan Rancasari ini  dibentuk berdasarkan PP 16  tahun 1987. Tentang Perubahan Batas Wilayah  Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung nomor 6 Tahun 2007 tentang Pemekarandan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan I Lingkungan Perumahan Kota Bandung. (Sumber: Renja Review SKPD Kecamatan Rancasari tahun 2016, halaman 2)

https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/rencana-kerja-kecamatan-rancasari-tahun-2016/

Aku juga menuliskan tentang Kantor Kecamatan Rancasari Tahun 2006 , yang menurutku  sangat keren , tentang Wisata Kantor Ramah Lingkungan  ala Kecamatan racasari  di tahun 2006.  Tahun dimana belum tren lokasi-lokasi yang  instagramable. Masa itu medsos populer masih sebatas facebook dan twitter.

 

Bandung, Desember 1993. Rumah Subsidi, rumah Pertama

Punya rumah pertama , yang dulu termasuk jauh dari kota ya. (Sekarang  sudah ramai dan dianggap bukan pinggira  kota lagi) Anggap saja villa yang mungil, rumah type 36 , dengan luas tanah 100 m2. Pekarangannya ditumbuhi alang-alang dan belukar. 

Deretan tetangganya masih banyak yang kosong,  di ujung jalan ada balong dan sawah. Melepas pandangan ke arah barat  atau ujung jalan , tampak jelas Jalan Gede Bage Selatan. Belum terhalang bangunan. Karena melulu sawah.

Dari rumah kami berjalan kaki menyusuri  jalan Saluyu Indah  III (3) blok II K ,yang ujungnya tembus ke sawah, dan lahan Pabrik Kerupuk. Sampaikah kami di Jalan GedeBage Selatan yang nampak dari rumah Subsidi cicilan kami. Menghirup hawa segar , berjuta oksigen  memberikan rasa segar dan semangat.

Untukku , itu pemandangan indah banget, jalan yang tepiannya berderet pohon-pohon bungur. Yang kalau sedang bersemi tampak warna pink , ungu dan putih  keunguan , seperti musim semi  di Jepang. Mirip-mirip bunga sakura. Kiri kanan jalan Gede Bage Selatan  melulu  sawah, balong (empang), dan lahan kosong bertaburan warna kuning (marigold hutan/liar) dan kangkung Belanda (tetumbuhan perdu agak besar berbunga putih seperti terompet ukuran besar). Bunga jengger ayam merah  liar serta jenis rerumputan ilalang yang bunganya juga cantik.

Sawah makin  kemayu  setiap angin menggoyang  liukan padi hijaunya….. duuh ,  membuat hati kesengsem. Melangkah di jalan yang  masih senyap , meski kadang seram juga sih, namun  auranya membawa damai dan tenteram. Apalagi kicau burungnya…….. Bikin hanyut suasana hati .....










Di sini, bertebaran  juga balong /empang yang ditumbuhi eceng gondok berbunga ungu, atau genjer berbunga kuning, dan melati air warna putih. Ada juga yang ditumbuhi papyrus, walini  dan tetumbuhan rawa yang cantik. Namanya juga  ini kawasan  rawa-rawa (Ranca). Maka daerah sekitar ini , Bandung Timur, Riung Bandung, Gede Bage , nama-namanya Rancabolang, Rancameong, Rancasari, Rancacili, Rancabuaya, dan lainnya.

Saluyu Indah 1993

Akhir tahun 1993 ,saat masih baru tinggal di Rumah pertama, kami juga menjelajahi ke arah selatan. Yakni Jalan Riung Saluyu I KA , ke selatan. Nah , ada jalan Saluyu Indah I,II,II dan IV. Rumahnya tampak lebih cantik sih dari yang kami beli.

Jalan Saluyu Indah IV A 2006

Kami ketemu sebuah lapangan (sekarang sudah jadi mesjid Al Kautsar), dan jika lurus lagi ke selatan , ketemulah jalan saluyu indah  raya, yang memanjang ke arah selatan, menuju persawahan luas membentang. Nun di kejauhan arah selatan, dari jalan Saluyu Indah XX, tampak perumahan Bandung Inten Indah yang gerbang masuknya dari Gede Bage Selatan.

Sepanjang jalan ini terdapat barisan belokan ke kiri dan ke kanan, ruas-ruas jalan Saluyu Indah V,VI,VII,VIII dan seterusnya hingga Saluyu Indah XX, yang berkesambungan dengan jalan Kemakmuran. Hanya saja  tahun 1993 , belum  jadi ya perumahannya, senyap tanpa penghuni. Hanya ada para pekerja bangunan.  Rumah rumahnya masih   ada yang masih pondasi, ada yang baru dibangun, ada yang masih petak-petak kavling siap bangun. Ada juga yang masih berbentuk kebun  dan kolam-kolam kecil dimana itik-itik berenang-renang.

Jalan Saluyu Indah IV A , Kompleks Riung Bandung , 2006

Ini tempat favorit  kami untuk jalan pagi, supaya anak pertama kami tidak jenuh. Kami bisa merdeka menghirup oksigen  dan hawa bersih segar di hamparan yang dikitari ruang terbuka indah , hijau luas terhampar.  Walaupun tidak sejuk seperti Bandung utara, Lembang, Ciwidey , tapi ya tetap segar. Temperatur kawasan ini cenderung lebih hangat dibandingkan  lokasi di kota , atau yang dekat dengan pegunungan. Kawasan ini termasuk cekungan terendah di Kota Bandung.

Sebelumnya malahan tidak termasuk Kota Madya Bandung, dulunya  terbilang luar kota Bandung. Alias Kabupaten Bandung.

https://www.google.com/maps/@-6.9581871,107.6806365,662m/data=!3m1!1e3

 

Nuansa Mas Estate,1993

Di bagian barat perumahan ini ada Perumahan Nuansa Mas Estate. Masih baru juga  sih real estate ini. Sawah-sawahnya lebih utuh lagi. Lokasinya denan sungai yang membelah dari utara  ke selatan, Sungai Cipamokolan. Ada pintu airnya juga. Dulu kiri kanannya  yang sekitar Nuansa Mas hanya berupa jalan setapak. Sekarang di sebelah baratnya ada jalan Kali Cipamokolan, sebelah timurnya ada jalan Babakkan Wedana  dan

Mengenali lingkungan memang perlu saat masih  jadi penghuni baru.

Saat melewati jalan Terusan Saluyu ke arah Barat (ke arah Jalan Cipamokolan) ,  dekat sungai ada jalan  tembus juga dari Perumahan Riung Bandung (jalan Kemakmuran, dan jalan Keadilan). Rumah-rumahnya  berbaris sederhana namun manis, tampak jelas di seberang sawah .


Persawahan Nuansa Mas Estate, 2006 , difoto dari jalan Terusan Saluyu ,
jalan keluar Kompleks RiungBandung , dari Saluyu VII C 

Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com, https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana


Jalan  Masuk Kompleks 1993

Untuk masuk kompleks Riung Bandung, dari jalan raya butuh waktu  minimal 20 sampai 30 menit.  Jika lewat gerbang  depan. Tepatnya kalau masuk jalan Cipamokolan dari arah utara (Jln Soekarno Hatta) , lewat pom bensin, lewat deretan pertokoan dan warung dan lainnya, ada belokan ke kiri.

Dulu pas belok kiri, di sebelah kiri kanan jalan masih sawah yang cantik. Tapi saat tulisan ini dibuat, sudah padat sekali dengan  bangunan bisnis. Lalu jalan Riung Bandung Raya, ke Riung hegar, riung arum, riung tineung ,  Riung Mungpulung, melewati terminal  angkot, masuk Riung Saluyu Raya.

Tahun 1992 tersebut, bisa juga lewat belakang, lewat jalan Cipamokolan terus ke belakang, melewati persimpangan jalan menuju ke perumahan Sentosa Asih Jaya, melewati SDN Rancaloa. Di kiri kanan melulu sawah membentang, sepiiii. Kalau sore dan malam agak serem juga. Di jalan TerusanSayu , pas mau memasuki Saluyu C VII . Masuk kesini jalannya lebih cocok disebut gang, karena hanya muat satu mobil.

Persawahan , 2005 , difoto dari jalan Terusan Saluyu ,
sekitar perbatasan Riung Bandung  dan Nuansa Mas Estate .

Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com, https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana

Persawahan , 2005 , difoto dari jalan Terusan Saluyu ,
sekitar perbatasan Riung Bandung  dan Nuansa Mas Estate .

Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com, https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana

Persawahan , 2005 , difoto dari jalan Terusan Saluyu ,
sekitar perbatasan Riung Bandung  dan Nuansa Mas Estate
.
Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com, https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana




Persawahan , 2005 , difoto dari jalan Terusan Saluyu ,
sekitar perbatasan Riung Bandung  dan Nuansa Mas Estate .

Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com, https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana




Tahun 2005 , difoto dari arah timur ,  jalan Terusan Saluyu ,
sekitar perbatasan Riung Bandung  dan Nuansa Mas Estate
.
Copyright https://berbagigagasan.blogspot.com,
 https://berbaginostalgia.blogspot.com,
IG@sriita1997, masrierie kompasiana


Nanti akan melewati kompleks Nuansa Mas Estate, yang juga masih sepi dan masih lebih banyak sawahnya. Peternak itik  masih banyak di areal ini. Itik yang beramai-ramai digiring lewat perumahan jadi pemandangan menakjubkan.  

Rumah sederhana serasa villa mungil ,  karena blok kelompok rumah kami  dikelilingi sawah, agak jauh menjorok ke dalam dari jalan raya Soekarno Hatta.  



Kenangan Manis Rumah Pertama

Rumah kami  belum ada perabotan sama sekali. Begitu masuk , kami berbekal peralatan masak, kompor minyak tanah, panci, dandang, ember, gayung , piring , gelas ,sendok ,  baskom,  gunting, dll. Juga berbekal tikar, kasur , selimut dan pakaian. Serta perlengkapan bayi. Untuk gorden, kebetulan ada sejenis  kain tenun Lombok , pemberian dari famili, ukurannya besar, kami jadikan  gorden. Peralatan  tukang seperti palu, gergaji, paku, obeng, tank , gunting dan lain sebagainya sudah kami beli.

Sehari sebelumnya kami berbenah dulu. Itu  satu  hari sebelum boyongan  bayi dan  mulai tidur di rumah yang hampir 2 tahun kosong sejak akad kredit . Awal tahun 1992 mulai cari dan beli rumah , lalu mengajukan pinjaman ke bank BTN, bayar uang muka dengan tabunganku  setelah bertahun-tahun kerja kantoran, gabung dengan tabungan suami juga. Saat itu ,  akhir tahun1993 , kami akan menempati rumah baru yang kosong.





Jalan RiungSaluyu XIV A , 2005, pada sebuah senja


Layaknya rumah sederhana  cicilan, begitu kami datang, tidak siap huni. Pompa tangan harus kami perbaiki dulu, septik tank super dangkal. Tidak siap pakai. Maka dalam satu hari kami minta tukang menggali lebih dalam lalu segera di beton. Semak belukar di halaman depan belakang juga  kami bersihkan dengan minta bantuan tukang  setempat.

Esoknya kami ,   membersihkan bagian dalam  rumah , menyikat kamar mandi, menyapu, mengepel. Anak kami yang masih usia 1 tahunan dititip dulu di rumah mertua yang masih menginap di Bandung.

Setelah rumah bersih, siangnya berdua suami juga , kami mengangkuti barang-barang yang tidak begitu banyak, dari rumah mertuaku. Cukup dua kali angkut dengan mobil turungtung pinjaman dari paman suami. Dan mengajak si kecil.

Tada, inilah rumah pertama kebanggaan kami, rumah subsidi , tapi sudah jadi milik . 

Listriknya masih belum menyala, ada yang harus diperbaiki dulu. Jadi malam itu kami pakai lilin dulu. Besoknya suami mulai memperbaiki kabel-kabel yang mungkin digerogoti tikus, dan listrik dengan daya 450 watt sudah menyala.

Sambil mulai tinggal di rumah ini, kami berkreasi dengan meubeul cantik daur ulang dari kardus yang tebal . Kreatifitas bertumbuhan karena semangat.

Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, yang satu kamar kami jadikan ruang kerja , tempat menyimpan Meja dan mesin gambar. . Yang satunya untuk tidur, dan ruang tamu merangkap ruang keluarga kami biarkan lapang. Untuk tumbuh kembang anak. Ada kasur tipis lipat yang kami bentang di ruang multiguna merangkap sebagai ruang  tamu /ruang makan/ruang keluarga.

Menata taman sendiri , jadi keseruan  yang mengasyikkan. Lumayan , rasanya puas banget. Pagar rumahnya dari tanaman teh tehan (perdu anak nakal), plus aneka bunga ini itu yang  kukumpulkan dari rumah teman, dan ortu. 

Ketika  baru pindah, mulailah kami menyicil belanja keperluan rumah.  Aku dan suami naik angkot ke Kiaracondong, membeli karpet bulu meteran . Juga lem. Karpetnya dilipat  dan diikat supaya bisa masuk angkot. Nah, begitu turun dari angkot, masih butuh ratusan meter untuk sampai ke rumah, pakai becak.

Setelah rumah dengan lantai kusam dan  kurang bagus ini kami lapisi karpet, kamar tidur dan ruang keluarga/tamu, rumah berubah menjadi cantik. 

Untuk dapur, kami masak di teras belakang rumah. Kompor minyak tanahnya  satu, tapi andalan kami. Kompornya kami simpan di dalam, tapi kalau mau masak , di luar belakang , atau di teras belakang, hanya saja  kalau hujan, harus segera beberes, angkut  ke dalam rumah. Di depan kamar mandi .

Untuk cuci piring, aku siapkan baskom dengan penutup di halaman belakang, jadi cuci piring tetap bersih. Untuk masak dan tempat kompor, suami membawa beton-beton silinder bekas uji lab dari kantor.  Kami menatanya sebagai tiang untuk meja dapur. Di atasnya kami simpan multipleks persegi. Lalu kami membeli kerai bambu sebagai penutup .

Beton berbentuk tabung silinder itu multi manfaat. Jika kami simpan di dalam rumah, jadi tiang rak  serbaguna. Di luar depan, sebagai pagar, karena rumah kami memang tak berpagar. Bahkan bagian belakang yang berbatasan dengan rumah sebelah yang masih kosong, tidak ada bentengnya. Pernah setumpuk pot bunga plastik  kami hilang diambil pemulung yang nyelonong  dari rumah sebelah ke belakang rumah.


Belanja Bulanan.

Ketika baru pindah, tahun 1993, 1994, untuk belanja bulanan kami harus jauh ke BIP jalan Merdeka. Atau ke Gelael Supermarket di kawasan Metro Margahayu Raya. Hanya saja waktu itu kami tetap memilih BIP (Yogya Supermarket, sebelum pindah ke Riau Junction) sambil  jalan ke arah kota, dan jalanan belum macet seperti sekarang..  Saat itu juga  belum ada Griya Supermarket  di Metro. Belum ada Borma di jalan Cipamokolan. Namun setelah anak ke dua lahir 1996, kami bisa berbelanja ke Borma jalan Rancabolang, margahayu raya.

Dengan berjalannya waktu, di kawasan Metro ada Griya Supermarket, Gelael Supermarket berganti menjadi Superindo, Borma di jalan Cipamokolan.

Rumah Riung Bandung, bagi kami penuh kenangan dan kesan manis. Rumah  sarat sejarah perjuangan ini  adalah kampung halamannya anak-anak. Sejak bayi mereka tinggal dan besar di sini. Si bungsu  sejaklahir  tinggal  dan besar di sini. Selama 14 tahun tempat ini telah mengayomi kehidupan dan perjuangan kami.

TK di Riung Bandung, 1997 (sulung), 2002 (bungsu)

Anak-anakku sekolah di TK terdekat, Dulu di Saluyu Indah dekat AlKautsar ada TK Permata. S sulung sekolah di TK ini. 

Kenangan terindah berbaur sedih, ketika si bungsu masih bayi, dan mengurus anak tanpa asisten. Si sulung masuk TK, aku tak bisa menungguinya. Jadi  kami membayar tukang becak Mang Uung langganan untuk antar si Kakak. Pulangnya  aku menjemput.

Dulu dari rumah berjalan kaki ke Jalan Riung Saluyu Indah I,II dan III, tempat TK Permata berada sesuatu sekali. Menikmati hangatnya matahari, menyusuri jalan Saluyu Indah yang rumah-rumahnya cenderung lebih indah dari jalan Riung Saluyu. Sambil menggendong si bungsu yang masih orok. Kelihatan  senang sekali si kecil kalau diajak jalan menjemput kakaknya. 

Ada satu rumah yang tamannya super cantik, seluruh permukaan tanah ditutupi bebungaan krokot  dengan warna-warna jrengnya. Pintu rumahnya kerap terbuka, lalu tampak ruang tamu mungil yang asri dengan lukisan besar di dinding. Aih, betah sekali jika melewati rumah yang tertata rapih dengan tanaman  yang cantik. Pasti  pahalanya besar memperindah  kawasan,  setiap jiwa yang lalu lalang ikut menikmati pesonanya.

Rumah kami juga selalu penuh dengan bunga dan tanaman. Karena bagi kami, tanaman adalah penyumbang oksigen dan sebagai moodbooster. Rasanya bahagia sekali menyaksikan bunga-bunga cantikitu. 

Pemandangan  yang selalu aku rindu, adalah sawah dengan semilir angin yang berembus lembut di kawasan Saluyu Indah IV A.

Empat tahun kemudian si kecil masuk TK Ramadhian I di jalan Saluyu IV A ,  dekat warung Pak Asep.  Jadi sekalian  antar anak, belanja sayuran, lalu pulang . Nanti jemput lagi agak siangan.


Jajanan Ala Riung Bandung

Mulai dari pagi usai subuh, sudah lewat  Ibu-ibu  mendorong gerobak. “Jajaaaaan…..” suaranya nyaring. Ibuibu ini menjualkan onde-onde, leupeut, Bala-bala (Bakwan) , Gehu, Coro, Misro , buatan ibu Tuti. Salut aku dengan banyak item buatan Ibu Tuti, sepagi ini sudah  siap jual. Hangat-hangat, dengan cabai rawit. Duuh, kok aku kangen makan jajanan  ini ya.

Untuk pedagang yang makanan yang lewat, ada Bakso “Pelangsing Tubuh” …. Hahaha, kalau lewat , sambil membunyikan  ketokan basonya, selalu berteriak, Pelangsing Tubuh.

Atau mie ayam Papa Susi. Mie ayamnya bikin sendiri, kenyal dan segar. Daging ayamnya juga selalu baru, sausnya gurih , pas  asin manisnya. Ini  mie aya kegemaran anak-anakku.

Persawahan Riung Bandung 2004

Sejak aku pindah di ujung tahun 1993 , jajanan ini favorit banget. Di Jalan Saluyu Raya , pagi-pagi ada bubur ayam yang enak juga. Kalau sedang  malas masak sarapan di hari libur,  biasanya aku bawa tupperware , beli bubur langsung isi  tupperwarenya suppaya lebih hygienis.  Dengan berjalannya waktu, makin banyak jajanan yang  kreatif variatif.

Kalau malam ada tukang mie tek tek , nasi goreng dan sate Padang langganan. Untuk menemani saat kami mengerjakan  pesanan desain  (suami) arsitektur di malam hari, aku menulis untuk dikirim ke media cetak.  Kalau tidak sempat bikinkudapan sendiri, ada jajanan lewat di larut malam. 

Riung Bandung, dan Banjir

Memang sih , kami rutin terkena banjir. Namun aku hanya akan menuliskan sedikit, dan menyimpan rekam fotonya. Ya ,kalau sudah banjir, lumayan deh. Harus mengungsi. Sedih , karena tidak punya lantai atas, jadi harus meninggalkan rumah. 


 Riung Gede Permai

Terminal Angkot Riung bandung Dago , dulunya belum ada. Jadi angkot berjajar di tepian jalan , yang kiri kanannya sawah . 





Rasanya kok betah banget waktu itu, kalau sedang menunggu angkot penuh. Menatap sawah yang membentang dari jalan Riung Saluyu Raya , ke arah timur  terus  membentang hingga jalan Gede Bage Selatan. Ke arah barat terus membentang hingga perumahan Nuansa Mas Estate , sugai Cipamokolan, dan kembali ada sawah sampai jalan Cipamokolan. Menyeberang Jalan Cipamokolan , ada lagi sawah membentang hingga jalan Inspeksi PU. 

Dulu itu berjalan kaki ke terminal dari rumah tidak pernah berasa lelah, karena kiri kanan pemandangan menakjubkan. Sawah yang menebar rasa sejuk damai. 

Nah sekitar tahun 2003, 2004, mulai sawah sekitar terminal diurug. Anak-anak sangat senang ketika menemukan sawah berubah menjadi lapangan. Mereka main bola, main sepeda. Sebelum dijadikan perumahan. Tanah lapang yang bikin  mereka menemukan surga bermain sementara.


Sebelum ada Perumahan Riung Gede , Riung Bandung, Badung jadul. Ini tahun 2004, saat sawah baru diurug. 


Tahun 2005 di area ini berdiri sebuah perumahan baru, namanya Perumahan Riung Gede. Ukuran rumahnya lebih besar dari  rumah rumah Riung Bandung Permai. Juga lebih bagus, dan cantik.


Tampak Perumahan RiungGede Permai Riung Bandung 2005, baru saja dipasarkan





Renovasi Rumah

Alhamdulillah, tahun 1996 , menjelang lahirnya si bungsu rumah sudah direnovasi. Jadi makin betah di rumah ini. Memenuhi halaman yang mungil dengan tanaman adalah hal penting. Bagiku tanaman adalah produsen  oksigen dan moodbooster. 

Si kecil sejak lahir  Tk dan SD bertumbuh di sini. Si sulung sejak usia setahun  tinggal di sini. Jadi Riung Bandung tuh kampung halaman dan kenangan mereka. 


Riung Bandung Hari ini, dan Kenangan Indah itu

Sayang aku hanya bisa melihat gambar suasana Riung Bandung yang penuh kenangan  ini dengan einjam jepretan Google Sreet View nya.Jujur , kalau sedang tidak pandemi , ingin sekali bersepeda ria menapak kenangan.

Meski sudah pindah rumah, selalu  terbayang hari-hari penuh kenangan, penuh perjuangan, penuh keindahan.

Setiap sebelum subuh sudah  terjaga untuk mengisi bak mandi, tampungan air minum dan baskom. Maklum air PDAM hanya mengalir di tengah malam hingga jam 02.30 dini hari.  Jadi selain menampung air  , aku buru-buru cuci piring, cuci baju dan memasak. Jadi menyammbung sampai subuh, sekalian memasak air panas untuk mandi anak dan suami sebelum subuh. Menyiapkan  bekal nasi untuk anak. Menyiapkan sarapan. Jadi  sebelum subuh  sudah lengkap masak nasi dengan lauk pauk untuk sarapan plus bekal makan siang anak dan suami


,

Aku ingat setiap jengkal ruang yang  penuh  catatan dalam kalbuku. Kamar tidur yang  selalu aku upayakan  bikin betah. Ruang yang aku hias-hias , meski penuh dengan coretan  anak-anak yang menggambari tembok dengan sepidol dan ballpoint. Padahal sudah aku siapkan kertas yang banyak. Tetap saja mereka menyukai melukis dan menulis di dinding rumah.

Dapur dimana aku menyuci piring, kamar mandi tempat aku memandikan anak dan menyuci pakaian. Seua selalu dalam kenangan indah. 

Jika pagi usai semua urusan dapur, aku  menyiapkan susu untuk anak, kopi untuk suami.  Pakaian seragam anak sudah aku siapkan  sejak sebelum mereka  bangun. Hanya  buku dan tas saja yang aku minta anak dari sejak duduk di kelas 1 SD menyiapkan sendiri. Juga urusan PR mereka sudah inisiatif sendiri. Hanya kalau agak kesulitan tentang PR, baru aku turun tangan. Namun setelah mulai duduk di kelas 4 SD  jika anak bertanya aku akan turun mengajarkan pelajaran dan berbagai logika berpikir. .

Setiap pagi  setelah anak-anak berangkat naik mobil abondemen ,  dan suami juga berangkat kantor. Aku tinggal menjemur pakaian yang sudah dicuci sejak sebelum subuh dan tinggal menjemur. Tentunya setelah beres  menyapu teras depan, mengepelnya, menyiram tanaman. Karea jemurannya diletakkan di dekat teras depan dan carport. Jadi harus bersih dulu tempatnya. Kadang kalau jemuran terlalu banyak, pagarpun jadi tempat menjemur.

Tempat jemur baju , pada sebuah senja 


Terbayang   kegiatan favoritku. Agak siangan sedikit aku akan mengurusi semua tanaman. Perasaanku tanamannya  keren semua. Taman gantung  dari pot gelas aqua jadi kebanggaanku . Lalu belanja ke warung, beli sayuran bahan masakan untuk dimasak besok sebelum subuh, cuci cuci dulu, simpan di kulkas.

Ada warung yang agak jauh , tapi segar segar semua. Murah meriah. Warung pak Asep.  Ini di Saluyu IV A , dulu tempat TK Ramadhian, sekolah nya anak bungsuku. Waktu anak masih TK, sekalian antar anak yang sambil belanjalah. Setelah duduk di  SD , harus siapkan waktu khusus belanja agak sedikit jauh. Karena Warung Pak Asep  memang favorit para ibu .

Anak anak duduk berdesakan di mobil jemputan sudah biasa. Kakaknya di Karang Pawulang 1 , naik jemputan milik Ibu Dini.  Supirnya seingatku Mang Toni salah satunya. Adiknya , jemputan SD Soka.  Nah ceritanya, tahun 2003 , adiknya tidak diterima di SD Karang Pawulang  1, entah kenapa. Waktu itu aku sampai memelas dan memohon, kepala sekolahnya. Ketika  kelas sudah mulai, ternyata  ada yang tadinya tidak keterima, ternyata sudah bisa keterima. Seseorang mengedipkan mata kepadaku. Tak apa, sedih sih, waktu itu  kelimpungan cari sekolah. Alhamdulillah bisa masuk SD Soka, meski agak terlalu jauh dari rumah kami.

Tahun depannya, kelas 2, aku pindahkan si bungsu ke SD Karang Pawulang 4. Murah meriah,  uang termasuk seragam lengkap. Karena SD 1 masih juga tidak bersedia menerima.

Tak mengapa, yang penting dua anak di satu sekolah , supaya  praktis kalau mengambil rapot, atau saat ingin menjemput, dan lain sebagainya.

Aku selalu ingat  ruangan kami sering berkumpul, makan, anak-anak belajar, membuat PR. Ruang multiguna. Tentunya setelah kami merenovasinya di tahun 1996, menjelang lahirnya si bungsu. Yang tadinya type 36, sudah menjadi type  80 an.

Ada  kursi rotan , dan televisi.  Ada lukisan-lukisan buatanku sendiri. Pajangannya juga craft buatan sendiri. Termasuk bunga-bunga kering. Dulu Aku suka membuat bunga kering yang aku kumpulkan dari  kawasan sekitar. Bahannya berupa bunga rumput, bunga jagung, dan lainnya. Yang diproses dan kuberi warna.



Di rumah ini aku menuliskan banyak  fiksi, resep  masakan, craft, dan tulisan tentang wisata untuk media cetak.

Ada kolam ikan kecil  di sudut belakang kanan rumah, dimana ikan-ikan  berenang , dan ketika rumah kami banjir, ikannya berenang-renang ke kamar tidur.

Yap, waktu banjir  sedihnya luar biasa. Semua kegiatan lumpuh. Kami berdiam di atas panggung ruang tamu. Tapi semua  kloset kamar mandi terendam, jadi tidak bisa ke kamar mandi. Kami harus mengungsi akhirnya, apalag anak-anak masih kecil.

Usai banjir, aku berdua suami, mengeruk sisa lumpur yang tebal, dan membersihkan  rumah dengan karbol.

Masih terkenang saat aku menyeterika , saat kami  bareng menyalakan infokus , nonton bareng VCD film The Lord og The Ring bareng-bareng.

 Pada akhirnya kami harus mengucapkan selamat berpisah pada rumah kesayangan kami ini.


Rumah yang  dulu di tengah persawahan hijau, yang mencatat setiap perjuangan dan kreatifitas kami yang tumbuh  dan berakar  dari sini. Kami titipkan rindu pada setiap  jengkal rumah ini, seolah rumah ini hidup dan  menyambut dan merangkul mesra  kami setiap saat kami pulang dari bepergian. Rumah yang kami  beli dengan perjuangan  kami berdua, sebuah kebanggaan. Ketika harus merintis hidup dari nol di tempat ini, seolah Allah SWT memberikan  aura kebaikan dari rumah ini. Kami selalu tegar bersemangat, merajut kehidupan.

Memang, dulu setiap perjalanan jauh, seperti mudik lebaran, untuk pulang ada rasa lelah. Melewati jalan panjang sempit,yang lumayan jauh dari jalan Raya oekarno Hatta. Tapi begitu sampai di depan rumah, membuka pagar rumah, hilang semua keletihan ini. Apalagi tanaman cantik  seperti melontar senyum menyambut kami.


Duh , rindunya pada kenangan itu. Namun di rumah yang baru , kami lebih  mudah menjangkau jalan raya, karena  letaknya  dekat dengan jalan utama. Luasnya juga  lebih besar, di lahan 150 m2,  di depannya ada taman warga yang cukup luas sebagai  paru-paru  kawasan.  Harus kami syukuri , karena semua ini hanya karena rahmat  Allah SWT semata. Karena izinNya .  

Kepada Allah SWT, kami panjatkan segala puji dan syukur  tentang rumah pertama, kalau saja rumah memiliki hati dan jiwa, kami juga ingin mengucapkan terimakasih.  

Rumah Riung Bandung,  Rumah Kenangan, Rumah saksi  Perjuangan, Rumah yang mencatat  hati  kami semua, rindu dan cinta yang terekam  dalam sejarah.  

 

Jakarta, 23 Juli 2021

Saat Pandemi Membadai, Namun Badai itu semoga akan reda, Insya Allah,  atas Ridho Allah SWT , dan doa kita semua , semoga , Aamiin YRA

 

 


 






















































































































 


ciumbuleuit