Rumah Pertama, Rumah Kenangan, Rumah Kreatifitas
AN UNTOLD STORIES
Bandung 1992
Bandung awal
tahun 1992. Membeli Rumah Subsidi ,
Rumah Pertama, Perumahan Riung Bandung.
Kalau tidak salah merumahan inisudah ada sejak 1987 atau 1988.
Tempatnya
mojok di sudut kota , sebelah tenggara Kota Bandung. Saat itu Bandung belum
macet seperti sekarang, namun tetap butuh waktu satu jam dari kawasan Kota Bandung ke kawasan pinggiran
tsb . Lokasi perumahan yang terbilang masih muda. Dulunya ini wilayan pinggiran
luar Bandung . Terasa sekali jauhnya, Perumahan Riung Bandung. Perumahan yang
tergolong baru di tahun 1992 itu. Sekitar tahun 1987 atau 1988 an begitulah.
Jujur , betulan
susah menghafal perjalanan menuju Riung Saluyu blok II K. Masuk dari Jalan
Soekarno Hatta , belok kiri , menuju jalan Riung Bandung Raya, menyusuri
kelokan jalan Riung Tineung, RiungHegar , Riung Arum, Riung Mungpulung , sampai
ke terminal angkot di tepian sawah, jalan Riung Saluyu Raya. Sepanjang jalan
ini kiri kanan terdapat jalan Riung Purna yang berderet, dan jalan Wirawan.
Masih terus lebih ke arah dalam kompleks , ada jalan Riung Saluyu IV, V,
VI,VII,VII…..sampai ke Riung Saluyu XIV. Belok kiri, ini masih panjang melewati
rumah-rumah yang sudah terisi. Perumahan Riung Bandung ini banyak dibeli oleh
purnawirawan ABRI dan Polisi banyak
menempati kawasan ini. Lewat lagi perempatan, baru ketemu blok II (2 ) K , yang di sisi utara hanya 6 rumah berjajar , demikian juga di
sisi selatan berhadapan hanya 6. Jadi di jalur jalan tempat rumah yang akan kami cicil, hanya ada 12 rumah. Itupun masih sebagian
kecill saja dihuninya.
Saat
menengok rumah mungil type 36, dengan lantai ubin yang kusam, kamar mandi juga apa adanya, kami tetap semangat. Airnya pakai pompa
tangan, halaman blong….. tanpa benteng samping depan belakang. Jadi dengan
rumah lainnya , halaman menyambung.
Rumput dan pekarangan acak acakan. Selokan super sempit
dan dangkal di bagian depan. Bagian belakang, tidak ada selokan atau brankang. Tak
masalah, kami bahagia karena punya rumah sendiri. Yang dibeli dengan uang
mukanya hasil kerja kami berdua. Daripada uang habis untuk mengontrak, lebih
baik untuk menyicil.
Kelurahan Cipamokolan,
Kecamatan Rancasari
Rumah kami
terletak di RW 07, RT 03, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari. Kantor
Kecamatannya berlokasi di Jalan Sentosa Asih
, Kompleks Sentosa Asih Jaya. Aapun Kecamatan Rancasari ini dibentuk berdasarkan PP 16 tahun 1987. Tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pemekarandan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan I
Lingkungan Perumahan Kota Bandung. (Sumber: Renja Review SKPD Kecamatan
Rancasari tahun 2016, halaman 2)
https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/rencana-kerja-kecamatan-rancasari-tahun-2016/
Aku juga
menuliskan tentang Kantor Kecamatan Rancasari Tahun 2006 , yang menurutku sangat keren , tentang Wisata Kantor Ramah
Lingkungan ala Kecamatan racasari di tahun 2006. Tahun dimana belum tren lokasi-lokasi
yang instagramable. Masa itu medsos
populer masih sebatas facebook dan twitter.
Bandung, Desember 1993.
Rumah Subsidi, rumah Pertama
Punya rumah pertama , yang dulu termasuk jauh dari kota ya. (Sekarang sudah ramai dan dianggap bukan pinggira kota lagi) Anggap saja villa
yang mungil, rumah type 36 , dengan luas tanah 100 m2. Pekarangannya ditumbuhi alang-alang dan belukar.
Deretan
tetangganya masih banyak yang kosong, di
ujung jalan ada balong dan sawah. Melepas pandangan ke arah barat atau ujung jalan , tampak jelas Jalan Gede
Bage Selatan. Belum terhalang bangunan. Karena melulu sawah.
Dari rumah
kami berjalan kaki menyusuri jalan
Saluyu Indah III (3) blok II K ,yang
ujungnya tembus ke sawah, dan lahan Pabrik Kerupuk. Sampaikah kami di Jalan
GedeBage Selatan yang nampak dari rumah Subsidi cicilan kami. Menghirup hawa
segar , berjuta oksigen memberikan rasa
segar dan semangat.
Untukku , itu
pemandangan indah banget, jalan yang tepiannya berderet pohon-pohon bungur.
Yang kalau sedang bersemi tampak warna pink , ungu dan putih keunguan , seperti musim semi di Jepang. Mirip-mirip bunga sakura. Kiri
kanan jalan Gede Bage Selatan melulu sawah, balong (empang), dan lahan kosong
bertaburan warna kuning (marigold hutan/liar) dan kangkung Belanda (tetumbuhan
perdu agak besar berbunga putih seperti terompet ukuran besar). Bunga jengger
ayam merah liar serta jenis rerumputan
ilalang yang bunganya juga cantik.
Sawah makin kemayu setiap
angin menggoyang liukan padi hijaunya…..
duuh , membuat hati kesengsem. Melangkah
di jalan yang masih senyap , meski
kadang seram juga sih, namun auranya membawa
damai dan tenteram. Apalagi kicau burungnya…….. Bikin hanyut suasana hati .....
Di sini,
bertebaran juga balong /empang yang
ditumbuhi eceng gondok berbunga ungu, atau genjer berbunga kuning, dan melati
air warna putih. Ada juga yang ditumbuhi papyrus, walini dan tetumbuhan rawa yang cantik. Namanya
juga ini kawasan rawa-rawa (Ranca). Maka daerah sekitar ini ,
Bandung Timur, Riung Bandung, Gede Bage , nama-namanya Rancabolang, Rancameong,
Rancasari, Rancacili, Rancabuaya, dan lainnya.
Saluyu Indah 1993
Akhir tahun
1993 ,saat masih baru tinggal di Rumah pertama, kami juga menjelajahi ke arah
selatan. Yakni Jalan Riung Saluyu I KA , ke selatan. Nah , ada jalan Saluyu
Indah I,II,II dan IV. Rumahnya tampak lebih cantik sih dari yang kami beli.
Jalan Saluyu Indah IV A 2006 |
Kami ketemu
sebuah lapangan (sekarang sudah jadi mesjid Al Kautsar), dan jika lurus lagi ke
selatan , ketemulah jalan saluyu indah
raya, yang memanjang ke arah selatan, menuju persawahan luas membentang.
Nun di kejauhan arah selatan, dari jalan Saluyu Indah XX, tampak perumahan
Bandung Inten Indah yang gerbang masuknya dari Gede Bage Selatan.
Sepanjang
jalan ini terdapat barisan belokan ke kiri dan ke kanan, ruas-ruas jalan Saluyu
Indah V,VI,VII,VIII dan seterusnya hingga Saluyu Indah XX, yang berkesambungan
dengan jalan Kemakmuran. Hanya saja
tahun 1993 , belum jadi ya
perumahannya, senyap tanpa penghuni. Hanya ada para pekerja bangunan. Rumah rumahnya masih ada yang masih pondasi, ada yang baru
dibangun, ada yang masih petak-petak kavling siap bangun. Ada juga yang masih
berbentuk kebun dan kolam-kolam kecil
dimana itik-itik berenang-renang.
Jalan Saluyu Indah IV A , Kompleks Riung Bandung , 2006 |
Ini tempat
favorit kami untuk jalan pagi, supaya
anak pertama kami tidak jenuh. Kami bisa merdeka menghirup oksigen dan hawa bersih segar di hamparan yang
dikitari ruang terbuka indah , hijau luas terhampar. Walaupun tidak sejuk seperti Bandung utara,
Lembang, Ciwidey , tapi ya tetap segar. Temperatur kawasan ini cenderung lebih
hangat dibandingkan lokasi di kota ,
atau yang dekat dengan pegunungan. Kawasan ini termasuk cekungan terendah di
Kota Bandung.
Sebelumnya
malahan tidak termasuk Kota Madya Bandung, dulunya terbilang luar kota Bandung. Alias Kabupaten
Bandung.
https://www.google.com/maps/@-6.9581871,107.6806365,662m/data=!3m1!1e3
Nuansa Mas Estate,1993
Di bagian
barat perumahan ini ada Perumahan Nuansa Mas Estate. Masih baru juga sih real estate ini. Sawah-sawahnya lebih
utuh lagi. Lokasinya denan sungai yang membelah dari utara ke selatan, Sungai Cipamokolan. Ada pintu
airnya juga. Dulu kiri kanannya yang
sekitar Nuansa Mas hanya berupa jalan setapak. Sekarang di sebelah baratnya ada
jalan Kali Cipamokolan, sebelah timurnya ada jalan Babakkan Wedana dan
Mengenali
lingkungan memang perlu saat masih jadi
penghuni baru.
Saat
melewati jalan Terusan Saluyu ke arah Barat (ke arah Jalan Cipamokolan) , dekat sungai ada jalan tembus juga dari Perumahan Riung Bandung
(jalan Kemakmuran, dan jalan Keadilan). Rumah-rumahnya berbaris sederhana namun manis, tampak jelas
di seberang sawah .
Jalan Masuk Kompleks 1993
Untuk masuk
kompleks Riung Bandung, dari jalan raya butuh waktu minimal 20 sampai 30 menit. Jika lewat gerbang depan. Tepatnya kalau masuk jalan Cipamokolan
dari arah utara (Jln Soekarno Hatta) , lewat pom bensin, lewat deretan
pertokoan dan warung dan lainnya, ada belokan ke kiri.
Dulu pas belok kiri, di sebelah kiri kanan jalan masih sawah yang cantik. Tapi saat tulisan ini dibuat, sudah padat sekali dengan bangunan bisnis. Lalu jalan Riung Bandung Raya, ke Riung hegar, riung arum, riung tineung , Riung Mungpulung, melewati terminal angkot, masuk Riung Saluyu Raya.
Tahun 1992
tersebut, bisa juga lewat belakang, lewat jalan Cipamokolan terus ke belakang,
melewati persimpangan jalan menuju ke perumahan Sentosa Asih Jaya, melewati SDN
Rancaloa. Di kiri kanan melulu sawah membentang, sepiiii. Kalau sore dan malam
agak serem juga. Di jalan TerusanSayu , pas mau memasuki Saluyu C VII . Masuk
kesini jalannya lebih cocok disebut gang, karena hanya muat satu mobil.
Nanti akan melewati kompleks Nuansa Mas Estate, yang juga masih sepi dan masih lebih banyak sawahnya. Peternak itik masih banyak di areal ini. Itik yang beramai-ramai digiring lewat perumahan jadi pemandangan menakjubkan.
Rumah sederhana
serasa villa mungil , karena blok kelompok
rumah kami dikelilingi sawah, agak jauh
menjorok ke dalam dari jalan raya Soekarno Hatta.
Kenangan Manis Rumah
Pertama
Rumah
kami belum ada perabotan sama sekali.
Begitu masuk , kami berbekal peralatan masak, kompor minyak tanah, panci,
dandang, ember, gayung , piring , gelas ,sendok , baskom, gunting, dll. Juga berbekal tikar, kasur ,
selimut dan pakaian. Serta perlengkapan bayi. Untuk gorden, kebetulan ada
sejenis kain tenun Lombok , pemberian dari
famili, ukurannya besar, kami jadikan
gorden. Peralatan tukang seperti
palu, gergaji, paku, obeng, tank , gunting dan lain sebagainya sudah kami beli.
Sehari sebelumnya
kami berbenah dulu. Itu satu hari sebelum boyongan bayi dan
mulai tidur di rumah yang hampir 2 tahun kosong sejak akad kredit . Awal
tahun 1992 mulai cari dan beli rumah , lalu mengajukan pinjaman ke bank BTN,
bayar uang muka dengan tabunganku
setelah bertahun-tahun kerja kantoran, gabung dengan tabungan suami
juga. Saat itu , akhir tahun1993 , kami
akan menempati rumah baru yang kosong.
Jalan RiungSaluyu XIV A , 2005, pada sebuah senja |
Layaknya
rumah sederhana cicilan, begitu kami
datang, tidak siap huni. Pompa tangan harus kami perbaiki dulu, septik tank super
dangkal. Tidak siap pakai. Maka dalam satu hari kami minta tukang menggali
lebih dalam lalu segera di beton. Semak belukar di halaman depan belakang
juga kami bersihkan dengan minta bantuan
tukang setempat.
Esoknya kami
, membersihkan bagian
dalam rumah , menyikat kamar mandi,
menyapu, mengepel. Anak kami yang masih usia 1 tahunan dititip dulu di rumah
mertua yang masih menginap di Bandung.
Setelah
rumah bersih, siangnya berdua suami juga , kami mengangkuti barang-barang yang
tidak begitu banyak, dari rumah mertuaku. Cukup dua kali angkut dengan mobil
turungtung pinjaman dari paman suami. Dan mengajak si kecil.
Tada, inilah
rumah pertama kebanggaan kami, rumah subsidi , tapi sudah jadi milik .
Listriknya
masih belum menyala, ada yang harus diperbaiki dulu. Jadi malam itu kami pakai
lilin dulu. Besoknya suami mulai memperbaiki kabel-kabel yang mungkin digerogoti
tikus, dan listrik dengan daya 450 watt sudah menyala.
Sambil mulai
tinggal di rumah ini, kami berkreasi dengan meubeul cantik daur ulang dari kardus yang tebal . Kreatifitas bertumbuhan karena semangat.
Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, yang satu kamar kami jadikan ruang kerja , tempat menyimpan Meja dan mesin gambar. . Yang satunya untuk tidur, dan ruang tamu merangkap ruang keluarga kami biarkan lapang. Untuk tumbuh kembang anak. Ada kasur tipis lipat yang kami bentang di ruang multiguna merangkap sebagai ruang tamu /ruang makan/ruang keluarga.
Menata taman sendiri , jadi keseruan yang mengasyikkan. Lumayan , rasanya puas banget. Pagar rumahnya dari tanaman teh tehan (perdu anak nakal), plus aneka bunga ini itu yang kukumpulkan dari rumah teman, dan ortu.
Ketika baru pindah, mulailah kami menyicil belanja
keperluan rumah. Aku dan suami naik
angkot ke Kiaracondong, membeli karpet bulu meteran . Juga lem. Karpetnya dilipat dan diikat supaya bisa masuk angkot. Nah,
begitu turun dari angkot, masih butuh ratusan meter untuk sampai ke rumah,
pakai becak.
Setelah
rumah dengan lantai kusam dan kurang
bagus ini kami lapisi karpet, kamar tidur dan ruang keluarga/tamu, rumah berubah
menjadi cantik.
Untuk dapur, kami masak di teras belakang rumah. Kompor minyak tanahnya satu, tapi andalan kami. Kompornya kami simpan di dalam, tapi kalau mau masak , di luar belakang , atau di teras belakang, hanya saja kalau hujan, harus segera beberes, angkut ke dalam rumah. Di depan kamar mandi .
Untuk cuci
piring, aku siapkan baskom dengan penutup di halaman belakang, jadi cuci piring
tetap bersih. Untuk masak dan tempat kompor, suami membawa beton-beton silinder
bekas uji lab dari kantor. Kami
menatanya sebagai tiang untuk meja dapur. Di atasnya kami simpan multipleks
persegi. Lalu kami membeli kerai bambu sebagai penutup .
Beton
berbentuk tabung silinder itu multi manfaat. Jika kami simpan di dalam rumah,
jadi tiang rak serbaguna. Di luar depan,
sebagai pagar, karena rumah kami memang tak berpagar. Bahkan bagian belakang
yang berbatasan dengan rumah sebelah yang masih kosong, tidak ada bentengnya.
Pernah setumpuk pot bunga plastik kami
hilang diambil pemulung yang nyelonong dari rumah sebelah ke belakang rumah.
Belanja Bulanan.
Ketika baru
pindah, tahun 1993, 1994, untuk belanja bulanan kami harus jauh ke BIP jalan Merdeka. Atau ke
Gelael Supermarket di kawasan Metro Margahayu Raya. Hanya saja waktu itu kami
tetap memilih BIP (Yogya Supermarket, sebelum pindah ke Riau Junction) sambil jalan ke arah kota, dan jalanan belum macet
seperti sekarang.. Saat itu juga belum ada Griya Supermarket di Metro. Belum ada Borma di jalan
Cipamokolan. Namun setelah anak ke dua lahir 1996, kami bisa berbelanja ke
Borma jalan Rancabolang, margahayu raya.
Dengan
berjalannya waktu, di kawasan Metro ada Griya Supermarket, Gelael Supermarket
berganti menjadi Superindo, Borma di jalan Cipamokolan.
Rumah Riung
Bandung, bagi kami penuh kenangan dan kesan manis. Rumah sarat sejarah perjuangan ini adalah kampung halamannya anak-anak. Sejak
bayi mereka tinggal dan besar di sini. Si bungsu sejaklahir
tinggal dan besar di sini. Selama
14 tahun tempat ini telah mengayomi kehidupan dan perjuangan kami.
TK di Riung Bandung, 1997
(sulung), 2002 (bungsu)
Anak-anakku
sekolah di TK terdekat, Dulu di Saluyu Indah dekat AlKautsar ada TK Permata. S sulung sekolah di TK ini.
Kenangan terindah berbaur sedih, ketika si bungsu masih bayi, dan mengurus anak tanpa asisten. Si sulung masuk TK, aku tak bisa menungguinya. Jadi kami membayar tukang becak Mang Uung langganan untuk antar si Kakak. Pulangnya aku menjemput.
Dulu dari
rumah berjalan kaki ke Jalan Riung Saluyu Indah I,II dan III, tempat TK Permata
berada sesuatu sekali. Menikmati hangatnya matahari, menyusuri jalan Saluyu
Indah yang rumah-rumahnya cenderung lebih indah dari jalan Riung Saluyu. Sambil menggendong si bungsu yang masih orok. Kelihatan senang sekali si kecil kalau diajak jalan menjemput kakaknya.
Ada satu rumah yang tamannya super cantik, seluruh permukaan tanah ditutupi bebungaan krokot dengan warna-warna jrengnya. Pintu rumahnya kerap terbuka, lalu tampak ruang tamu mungil yang asri dengan lukisan besar di dinding. Aih, betah sekali jika melewati rumah yang tertata rapih dengan tanaman yang cantik. Pasti pahalanya besar memperindah kawasan, setiap jiwa yang lalu lalang ikut menikmati pesonanya.
Rumah kami juga selalu penuh dengan bunga dan tanaman. Karena bagi kami, tanaman adalah penyumbang oksigen dan sebagai moodbooster. Rasanya bahagia sekali menyaksikan bunga-bunga cantikitu.
Pemandangan yang selalu aku
rindu, adalah sawah dengan semilir angin yang berembus lembut di kawasan Saluyu
Indah IV A.
Empat tahun kemudian si kecil masuk TK Ramadhian I di jalan Saluyu IV A , dekat warung Pak Asep. Jadi sekalian antar anak, belanja sayuran, lalu pulang . Nanti jemput lagi agak siangan.
Jajanan Ala Riung Bandung
Mulai dari pagi
usai subuh, sudah lewat Ibu-ibu mendorong gerobak. “Jajaaaaan…..” suaranya
nyaring. Ibuibu ini menjualkan onde-onde, leupeut, Bala-bala (Bakwan) , Gehu,
Coro, Misro , buatan ibu Tuti. Salut aku dengan banyak item buatan Ibu Tuti,
sepagi ini sudah siap jual.
Hangat-hangat, dengan cabai rawit. Duuh, kok aku kangen makan jajanan ini ya.
Untuk
pedagang yang makanan yang lewat, ada Bakso “Pelangsing Tubuh” …. Hahaha, kalau
lewat , sambil membunyikan ketokan
basonya, selalu berteriak, Pelangsing Tubuh.
Atau mie
ayam Papa Susi. Mie ayamnya bikin sendiri, kenyal dan segar. Daging ayamnya
juga selalu baru, sausnya gurih , pas
asin manisnya. Ini mie aya
kegemaran anak-anakku.
Persawahan Riung Bandung 2004 |
Sejak aku
pindah di ujung tahun 1993 , jajanan ini favorit banget. Di Jalan Saluyu Raya ,
pagi-pagi ada bubur ayam yang enak juga. Kalau sedang malas masak sarapan di hari libur, biasanya aku bawa tupperware , beli bubur langsung
isi tupperwarenya suppaya lebih
hygienis. Dengan berjalannya waktu,
makin banyak jajanan yang kreatif
variatif.
Kalau malam ada tukang mie tek tek , nasi goreng dan sate Padang langganan. Untuk menemani saat kami mengerjakan pesanan desain (suami) arsitektur di malam hari, aku menulis untuk dikirim ke media cetak. Kalau tidak sempat bikinkudapan sendiri, ada jajanan lewat di larut malam.
Riung Bandung, dan
Banjir
Memang sih ,
kami rutin terkena banjir. Namun aku hanya akan menuliskan sedikit, dan
menyimpan rekam fotonya. Ya ,kalau sudah banjir, lumayan deh. Harus mengungsi. Sedih , karena tidak punya lantai atas, jadi harus meninggalkan rumah.
Riung Gede Permai
Terminal Angkot Riung bandung Dago , dulunya belum ada. Jadi angkot berjajar di tepian jalan , yang kiri kanannya sawah .
Rasanya kok betah banget waktu itu, kalau sedang menunggu angkot penuh. Menatap sawah yang membentang dari jalan Riung Saluyu Raya , ke arah timur terus membentang hingga jalan Gede Bage Selatan. Ke arah barat terus membentang hingga perumahan Nuansa Mas Estate , sugai Cipamokolan, dan kembali ada sawah sampai jalan Cipamokolan. Menyeberang Jalan Cipamokolan , ada lagi sawah membentang hingga jalan Inspeksi PU.
Dulu itu berjalan kaki ke terminal dari rumah tidak pernah berasa lelah, karena kiri kanan pemandangan menakjubkan. Sawah yang menebar rasa sejuk damai.
Nah sekitar tahun 2003, 2004, mulai sawah sekitar terminal diurug. Anak-anak sangat senang ketika menemukan sawah berubah menjadi lapangan. Mereka main bola, main sepeda. Sebelum dijadikan perumahan. Tanah lapang yang bikin mereka menemukan surga bermain sementara.
Sebelum ada Perumahan Riung Gede , Riung Bandung, Badung jadul. Ini tahun 2004, saat sawah baru diurug. |
Tahun 2005 di area ini berdiri sebuah perumahan baru, namanya Perumahan Riung Gede. Ukuran rumahnya lebih besar dari rumah rumah Riung Bandung Permai. Juga lebih bagus, dan cantik.
![]() |
Tampak Perumahan RiungGede Permai Riung Bandung 2005, baru saja dipasarkan |
Renovasi Rumah
Alhamdulillah, tahun 1996 , menjelang lahirnya si bungsu rumah sudah direnovasi. Jadi makin betah di rumah ini. Memenuhi halaman yang mungil dengan tanaman adalah hal penting. Bagiku tanaman adalah produsen oksigen dan moodbooster.
Si kecil sejak lahir Tk dan SD bertumbuh di sini. Si sulung sejak usia setahun tinggal di sini. Jadi Riung Bandung tuh kampung halaman dan kenangan mereka.
Riung Bandung Hari ini, dan Kenangan Indah itu
Sayang aku hanya
bisa melihat gambar suasana Riung Bandung yang penuh kenangan ini dengan einjam jepretan Google Sreet View
nya.Jujur , kalau sedang tidak pandemi , ingin sekali bersepeda ria menapak
kenangan.
Meski sudah
pindah rumah, selalu terbayang hari-hari
penuh kenangan, penuh perjuangan, penuh keindahan.
Setiap sebelum subuh sudah terjaga untuk mengisi bak mandi, tampungan air minum dan baskom. Maklum air PDAM hanya mengalir di tengah malam hingga jam 02.30 dini hari. Jadi selain menampung air , aku buru-buru cuci piring, cuci baju dan memasak. Jadi menyammbung sampai subuh, sekalian memasak air panas untuk mandi anak dan suami sebelum subuh. Menyiapkan bekal nasi untuk anak. Menyiapkan sarapan. Jadi sebelum subuh sudah lengkap masak nasi dengan lauk pauk untuk sarapan plus bekal makan siang anak dan suami
,
Aku ingat
setiap jengkal ruang yang penuh catatan dalam kalbuku. Kamar tidur yang selalu aku upayakan bikin betah. Ruang yang aku hias-hias , meski
penuh dengan coretan anak-anak yang menggambari
tembok dengan sepidol dan ballpoint. Padahal sudah aku siapkan kertas yang
banyak. Tetap saja mereka menyukai melukis dan menulis di dinding rumah.
Dapur dimana
aku menyuci piring, kamar mandi tempat aku memandikan anak dan menyuci pakaian. Seua selalu dalam kenangan indah.
Jika pagi
usai semua urusan dapur, aku menyiapkan susu
untuk anak, kopi untuk suami. Pakaian
seragam anak sudah aku siapkan sejak
sebelum mereka bangun. Hanya buku dan tas saja yang aku minta anak dari
sejak duduk di kelas 1 SD menyiapkan sendiri. Juga urusan PR mereka sudah
inisiatif sendiri. Hanya kalau agak kesulitan tentang PR, baru aku turun
tangan. Namun setelah mulai duduk di kelas 4 SD
jika anak bertanya aku akan turun mengajarkan pelajaran dan berbagai logika
berpikir. .
Setiap pagi setelah anak-anak berangkat
naik mobil abondemen , dan suami juga
berangkat kantor. Aku tinggal menjemur pakaian yang sudah dicuci sejak sebelum
subuh dan tinggal menjemur. Tentunya setelah beres menyapu teras depan, mengepelnya, menyiram
tanaman. Karea jemurannya diletakkan di dekat teras depan dan carport. Jadi
harus bersih dulu tempatnya. Kadang kalau jemuran terlalu banyak, pagarpun jadi
tempat menjemur.
Tempat jemur baju , pada sebuah senja |
Terbayang kegiatan favoritku. Agak siangan sedikit aku
akan mengurusi semua tanaman. Perasaanku tanamannya keren semua. Taman gantung dari pot gelas aqua jadi kebanggaanku . Lalu
belanja ke warung, beli sayuran bahan masakan untuk dimasak besok sebelum
subuh, cuci cuci dulu, simpan di kulkas.
Ada warung
yang agak jauh , tapi segar segar semua. Murah meriah. Warung pak Asep. Ini di Saluyu IV A , dulu tempat TK Ramadhian,
sekolah nya anak bungsuku. Waktu anak masih TK, sekalian antar anak yang sambil
belanjalah. Setelah duduk di SD , harus
siapkan waktu khusus belanja agak sedikit jauh. Karena Warung Pak Asep memang favorit para ibu .
Anak anak duduk
berdesakan di mobil jemputan sudah biasa. Kakaknya di Karang Pawulang 1 , naik
jemputan milik Ibu Dini. Supirnya
seingatku Mang Toni salah satunya. Adiknya , jemputan SD Soka. Nah ceritanya, tahun 2003 , adiknya tidak
diterima di SD Karang Pawulang 1, entah
kenapa. Waktu itu aku sampai memelas dan memohon, kepala sekolahnya. Ketika kelas sudah mulai, ternyata ada yang tadinya tidak keterima, ternyata sudah
bisa keterima. Seseorang mengedipkan mata kepadaku. Tak apa, sedih sih, waktu
itu kelimpungan cari sekolah.
Alhamdulillah bisa masuk SD Soka, meski agak terlalu jauh dari rumah kami.
Tahun
depannya, kelas 2, aku pindahkan si bungsu ke SD Karang Pawulang 4. Murah
meriah, uang termasuk seragam lengkap. Karena
SD 1 masih juga tidak bersedia menerima.
Tak mengapa,
yang penting dua anak di satu sekolah , supaya
praktis kalau mengambil rapot, atau saat ingin menjemput, dan lain
sebagainya.
Aku selalu
ingat ruangan kami sering berkumpul,
makan, anak-anak belajar, membuat PR. Ruang multiguna. Tentunya setelah kami
merenovasinya di tahun 1996, menjelang lahirnya si bungsu. Yang tadinya type
36, sudah menjadi type 80 an.
Ada kursi rotan , dan televisi. Ada lukisan-lukisan buatanku sendiri.
Pajangannya juga craft buatan sendiri. Termasuk bunga-bunga kering. Dulu Aku
suka membuat bunga kering yang aku kumpulkan dari kawasan sekitar. Bahannya berupa bunga
rumput, bunga jagung, dan lainnya. Yang diproses dan kuberi warna.
Di rumah ini
aku menuliskan banyak fiksi, resep masakan, craft, dan tulisan tentang wisata
untuk media cetak.
Ada kolam
ikan kecil di sudut belakang kanan rumah,
dimana ikan-ikan berenang , dan ketika
rumah kami banjir, ikannya berenang-renang ke kamar tidur.
Yap, waktu
banjir sedihnya luar biasa. Semua
kegiatan lumpuh. Kami berdiam di atas panggung ruang tamu. Tapi semua kloset kamar mandi terendam, jadi tidak bisa
ke kamar mandi. Kami harus mengungsi akhirnya, apalag anak-anak masih kecil.
Usai banjir,
aku berdua suami, mengeruk sisa lumpur yang tebal, dan membersihkan rumah dengan karbol.
Masih
terkenang saat aku menyeterika , saat kami
bareng menyalakan infokus , nonton bareng VCD film The Lord og The Ring
bareng-bareng.
Pada akhirnya kami harus mengucapkan selamat
berpisah pada rumah kesayangan kami ini.
Rumah
yang dulu di tengah persawahan hijau,
yang mencatat setiap perjuangan dan kreatifitas kami yang tumbuh dan berakar
dari sini. Kami titipkan rindu pada setiap jengkal rumah ini, seolah rumah ini hidup
dan menyambut dan merangkul mesra kami setiap saat kami pulang dari bepergian. Rumah
yang kami beli dengan perjuangan kami berdua, sebuah kebanggaan. Ketika harus
merintis hidup dari nol di tempat ini, seolah Allah SWT memberikan aura kebaikan dari rumah ini. Kami selalu
tegar bersemangat, merajut kehidupan.
Memang, dulu
setiap perjalanan jauh, seperti mudik lebaran, untuk pulang ada rasa lelah. Melewati
jalan panjang sempit,yang lumayan jauh dari jalan Raya oekarno Hatta. Tapi
begitu sampai di depan rumah, membuka pagar rumah, hilang semua keletihan ini. Apalagi
tanaman cantik seperti melontar senyum
menyambut kami.
Duh ,
rindunya pada kenangan itu. Namun di rumah yang baru , kami lebih mudah menjangkau jalan raya, karena letaknya
dekat dengan jalan utama. Luasnya juga
lebih besar, di lahan 150 m2, di
depannya ada taman warga yang cukup luas sebagai paru-paru
kawasan. Harus kami syukuri ,
karena semua ini hanya karena rahmat Allah SWT semata. Karena izinNya .
Kepada Allah
SWT, kami panjatkan segala puji dan syukur
tentang rumah pertama, kalau saja rumah memiliki hati dan jiwa, kami
juga ingin mengucapkan terimakasih.
Rumah Riung
Bandung, Rumah Kenangan, Rumah saksi Perjuangan, Rumah yang mencatat hati
kami semua, rindu dan cinta yang terekam
dalam sejarah.
Jakarta, 23
Juli 2021
Saat Pandemi
Membadai, Namun Badai itu semoga akan reda, Insya Allah, atas Ridho Allah SWT , dan doa kita semua ,
semoga , Aamiin YRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar